Detikpangan.com, Makassar – Kebijakan impor yang berpihak pada rakyat kecil menjadi sorotan dalam pembukaan Musyawarah Besar Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan dan Pertemuan Saudagar Bugis di Makassar, Kamis (10/4/2025).
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menegaskan pentingnya kebijakan tersebut, terutama dalam konteks kebutuhan pangan nasional. Ia mengingatkan bahwa pembukaan impor, seperti kedelai dari Amerika, harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merugikan petani lokal.
“Kata kunci dari Bapak Presiden adalah jangan pernah menyakiti orang kecil. Kita harus selalu berpihak pada rakyat kecil. Keputusan terkait ekspor-impor harus didasarkan pada kebutuhan rakyat. Jika rakyat membutuhkan, kita lakukan. Jika tidak, kita tidak lakukan,” seru Amran.
Dalam kesempatan tersebut, Amran menjelaskan bahwa sektor pertanian selalu mendukung petani dengan memastikan ketersediaan pupuk, benih, dan harga pokok produksi (HPP) yang stabil. “Kami di sektor pertanian selalu berada di sisi petani. Stok kami aman,” jelasnya.
Terkait dampak impor terhadap sektor pangan, ia menyatakan bahwa meskipun ada dampak, hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan. “Kita memiliki biofuel yang dapat mengurangi ketergantungan pada impor. Kita juga akan melakukan komunikasi untuk menjaga keseimbangan perdagangan antara Indonesia dan Amerika,” tambahnya.
Amran menjelaskan bahwa untuk mendukung biofuel, Indonesia memerlukan **5,3 juta ton** CPO (Crude Palm Oil) guna meningkatkan produksi B40 dan B50.
Mengenai ekspor, produk unggulan Indonesia, seperti CPO, tetap menjadi fokus utama. “Kita akan terus mencari pasar baru dan membuka peluang ekspor, terutama untuk produk yang tidak ditanam di Indonesia,” ujarnya.
Ia juga mengakui bahwa CPO merupakan produk unggulan yang diekspor, sementara gandum menjadi komoditas yang paling banyak diimpor dari berbagai negara. “Kita harus fokus pada negara yang minus dalam hal produksi. Jika ekspor CPO kita berkurang, misalnya dari **1,7 juta ton** menjadi **1 juta ton** atau **1,5 juta ton**, kita bisa mengalihkan sebagian untuk kebutuhan biofuel, seperti B40,” lanjut Amran.
Meskipun ada tantangan dalam perdagangan, ia menekankan pentingnya untuk terus mencari peluang baru. “Misalnya, jika kita mengimpor **10 juta ton** gandum, kita juga harus mempertimbangkan untuk memperluas kerjasama dengan negara-negara penghasil gandum, seperti Amerika,” tutupnya. (*)