Site icon Detik Pangan

Roberto Baggio dan Brescia

Oleh @iqbaldjawad#

Detikpangan.com – Pertama menginjakkan kaki di hotel yang sangat dekat dengan Stasiun Sentral Brescia Italia, saya menanyakan ke reception hotel, di mana Toko resmi klub sepakbola Brescia FC?. Si recepsionist dengan bahasa Inggris logat Italia langsung mengambil peta kota Brescia dan menunjukkan letak toko yang bisa ditempuh dengan jalan kaki.

Jauh hari sebelum ke Brescia saya sudah menjelajahi internet tentang kota Brescia dan klub sepakbola nya. Brescia adalah kota kecil dengan banyak bangunan tua bersejarah. Brescia FC bukan klub papan atas di Serie A dan tidak setenar AC Milan, Juventus dan klub besar serie A lainnya.

Kombinasi sejarah, kontribusi pada sepak bola Italia sejak tahun 1911 dan momen-momen ikonik menjadikan Brescia FC lebih dari sekedar tim kecil, melainkan bagian penting dari mozaik Serie A dan Serie B.

Di pertemuan ASEA-Uninet yg diselenggarakan di Universitas Brescia saya menyempatkan diri untuk mencari toko yang sudah ditunjukkan oleh recepsionist hotel.

Ternyata jaraknya kurang lebih 100 meter dari gedung rektorat Universitas Brescia. Setelah masuk ke toko saya bisa merasakan aura pendukung lokal yang fanatik meskipun sering menghadapi tantangan naik turun kasta liga Italia.

Manekin besar dengan kaos kebesaran Brescia FC menyambut saya di Toko ini. Punggung kaos nya bernomor 10 dengan nama Baggio. Anak muda yang menjaga toko mengkuncir rambutnya persis sama dengan gaya rambut Roberto Baggio pada masa keemasannya.

Si anak muda ini ternyata adalah pengagum Roberto Baggio yang menghabiskan waktu nya sebelum pensiun di Brescia FC selama 4 tahun. Ketika saya iseng tanya mengenai Paolo Rossi dan Roberto Bettega, dua legenda sepakbola Italia pada jamannya dan senior Roberto Baggio di Juventus, si anak muda itu menggelengkan kepala.

Ketika saya bertanya lagi, apakah tahu kalau masyarakat Italia pada tahun 1994, sangat kecewa dan marah kepada Roberto Baggio karena tidak berhasil membuat goal di adu penalti pertandingan final melawan Brazil? si anak muda itu membela Roberto Baggio. Dia mengatakan Daniele Massaro dan Franco Baresi juga gagal mengeksekusi tendangan pinalti menjadi goal, mengapa kesalahan hanya ditujukan ke Baggio saja?.

Sepertinya anak muda ini sudah terlanjur menjadi fans Roberto Baggio yang menghabiskan karir sepakbolanya di Brescia FC. Dijuluki Divin Codino karena rambut kuncir kudanya yang khas, Baggio memiliki karier yang panjang dan penuh warna, termasuk bermain untuk klub-klub besar seperti Fiorentina, Juventus, AC Milan, dan Inter Milan.

Namun, salah satu periode yang paling berkesan dalam kariernya justru terjadi ketika ia membela Brescia FC, sebuah klub yang lebih kecil dibanding tim elit Serie A. Di Brescia, Baggio bukan hanya menjadi bintang lapangan, tetapi juga simbol harapan bagi tim dan para pendukungnya serta and memberi identitas baru bagi Brescia di kancah nasional maupun internasional

Baggio bergabung dengan Brescia pada tahun 2000, saat usianya sudah tidak muda lagi dan dianggap berada di penghujung karier. Namun, justru di klub kecil ini yang sering disebut yo-yo club karena kerap naik turun Seria A dan Serie B Liga Italia, ia mampu menunjukkan kualitas luar biasa sebagai pemain kelas dunia.

Selama empat musim bersama Brescia, Baggio mencetak gol-gol penting yang membantu klub bertahan di Serie A lebih lama daripada biasanya. Kontribusinya tidak hanya berupa angka, tetapi juga inspirasi dan kepemimpinan di dalam lapangan, yang membuat Brescia lebih disegani oleh lawan-lawannya.

Selain itu, ia juga menjadi mentor bagi pemain-pemain muda Brescia pada masa itu, termasuk Andrea Pirlo, yang kemudian tumbuh menjadi salah satu gelandang terbaik dunia. Kehadiran Baggio di klub ini benar-benar mengangkat citra Brescia.

Setelah pensiun pada tahun 2004, Baggio meninggalkan warisan mendalam di Brescia. Hingga kini, nama Baggio selalu dikaitkan dengan Brescia, walaupun banyak orang di luar Italia yang mengidentikkan Baggio dan Juventus.

Banyak fansnya di Brescia masih mengenang saat-saat emas tersebut dengan penuh kebanggaan. Untuk klub sebesar Brescia, memiliki ikon sekelas Roberto Baggio adalah anugerah besar, dan bagi Baggio sendiri, Brescia adalah rumah terakhir yang memberinya kesempatan untuk menutup kariernya dengan elegan.

Battere un rigore, Baggio.👍👍👍

Exit mobile version