Detikpangan.com, Barru — Tim dosen Universitas Hasanuddin kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong inovasi di sektor perikanan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat bertema “Digitalisasi Pembenihan Udang Skala Rumah Tangga melalui Penerapan Teknologi Aquanotes.”
Kegiatan yang dipimpin oleh Prof. Ir. Muhammad Iqbal Djawad, pakar akuakultur dari Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas, dilaksanakan di Hatchery Puncak Sinunggal, Kabupaten Barru, salah satu sentra budidaya udang potensial di Sulawesi Selatan. Program ini menggandeng pembenih udang lokal sebagai mitra utama dalam penerapan sistem pencatatan dan pemantauan kualitas air berbasis digital.
Teknologi Sederhana, Dampak Nyata
Melalui program ini, tim memperkenalkan Aquanotes, sebuah sistem pencatatan digital yang mampu memantau kualitas air secara real-time. Teknologi ini terhubung dengan sensor otomatis untuk mendeteksi parameter penting seperti suhu, pH, oksigen terlarut, dan kadar amonia.
“Dengan pencatatan data yang sistematis dan akurat, para pembenih dapat melakukan evaluasi berbasis data untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi risiko kegagalan usaha,” jelas Prof. Iqbal saat ditemui di lokasi kegiatan.
Berbeda dengan sistem manual yang sering kali tidak konsisten, Aquanotes menyajikan data dalam bentuk grafik dan laporan analitik yang mudah dipahami. Aplikasi ini juga memberikan peringatan dini jika parameter air keluar dari batas ideal, sehingga pembenih dapat segera mengambil langkah korektif sebelum terjadi kerugian.
Masyarakat Mulai Rasakan Manfaat
Pelatihan yang diberikan tidak hanya sebatas teori, tetapi juga praktik langsung di lapangan. Para peserta diajak menginstal, mengoperasikan, dan menganalisis data dari aplikasi Aquanotes.
“Awalnya kami pikir aplikasinya rumit, tapi ternyata sangat mudah digunakan. Sekarang kami bisa tahu kondisi air tanpa harus mencatat manual,” ungkap Fajar, pemilik Hatchery Puncak Sinunggal sekaligus mitra kegiatan.
Menurut Prof. Iqbal, keberhasilan kegiatan ini bukan hanya pada penguasaan teknologi, melainkan juga pada perubahan pola pikir masyarakat menuju data-driven aquaculture — budidaya berbasis data.
“Penerapan Aquanotes bukan sekadar soal teknologi, tetapi tentang membangun budaya baru dalam mengelola usaha budidaya secara ilmiah, efisien, dan berkelanjutan,” tambahnya.
Inovasi yang Memberdayakan
Melalui inisiatif ini, Universitas Hasanuddin menegaskan perannya sebagai motor inovasi dan pendamping masyarakat pesisir. Kehadiran Aquanotes menjadi simbol sinergi antara sains dan praktik lokal, di mana teknologi dirancang tidak hanya canggih, tetapi juga relevan dan mudah diadopsi oleh pelaku usaha kecil.
Transformasi digital di sektor akuakultur kini bukan lagi wacana. Di tangan masyarakat pesisir Barru, inovasi seperti Aquanotes membuktikan bahwa teknologi sederhana dapat membawa perubahan besar — membantu pembenih mengelola air dengan lebih cerdas, meningkatkan efisiensi produksi, dan menjaga keberlanjutan lingkungan.