Detikpangan.com, Jakarta – Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Sudaryono memberikan pesan penuh semangat kepada para penerima Beasiswa HKTI. Dalam arahannya, Wamentan mengajak seluruh penerima beasiswa untuk menjadikan kesempatan belajar di luar negeri sebagai momentum meraih prestasi tertinggi dan membanggakan bangsa Indonesia.
“Saya terharu, ternyata inisiasi yang baik ini sudah berjalan sampai tahun kedua. Saya berharap program ini terus berkembang, bukan hanya puluhan, tapi ratusan bahkan ratusan ribu penerima beasiswa di masa depan,” ujar Sudaryono yang saat ini juga menjabat sebagai Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) saat memberikan arahan kepada para penerima Beasiswa di Kanpus Kementan, Jakarta, Senin (13/10/25).
Beasiswa ini merupakan bagian dari Program Beasiswa Agri Srikandi, sebuah inisiatif pendidikan yang dikelola oleh Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) melalui DPP Perempuan Tani HKTI.
Program ini dirancang untuk memberikan kesempatan bagi generasi muda, khususnya anak petani, untuk menempuh pendidikan tinggi di bidang pertanian dan teknologi pangan, baik di dalam maupun luar negeri.
Dalam kesempatan tersebut, Sudaryono membagikan kisah perjuangannya yang sederhana namun inspiratif. Ia mengaku berasal dari desa dengan latar belakang keluarga yang tidak mampu. Namun, keterbatasan justru menjadi motivasi kuat baginya untuk menempuh pendidikan hingga ke luar negeri.
“Saya berasal dari desa, orang tua saya tidak mampu, dan tidak ada saudara di kota. Tapi saya percaya, satu-satunya jalan untuk memperbaiki nasib adalah melalui pendidikan. Saya ini produk dari sekolah,” kata Wamentan.
Selama lima tahun menempuh pendidikan di Jepang, Sudaryono mengatakan menjalani proses panjang yang penuh perjuangan. Datang dari desa tanpa kemampuan berbahasa Jepang dan dengan keterbatasan ekonomi, ia sempat merasa minder di antara teman-temannya yang mayoritas penutur asli. Namun, keterbatasan itu justru menjadi motivasi.
“Saya dulu tidak bisa bahasa Jepang, tapi saya belajar keras. Setahun kemudian saya sudah bisa membaca, menulis, dan presentasi dalam bahasa Jepang. Saat itu saya berjanji akan jadi lulusan terbaik di kelas bahasa. Dan saya buktikan, saya lulus sebagai yang terbaik di antara 45 mahasiswa, 44 di antaranya orang Jepang,”ucap Wamentan.
Ia menegaskan, kerja keras dan ketekunan adalah kunci utama dalam menjemput kesuksesan. Namun ia juga mengingatkan bahwa keberhasilan tidak selalu datang hanya karena kerja keras, melainkan karena kemampuan memanfaatkan waktu dan peluang dengan efektif.
“Kerja keras tidak menjamin kamu pasti berhasil, tapi memperbesar peluangmu untuk berhasil. Yang menentukan adalah bagaimana kamu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya,” pesan Sudaryono.
Melalui pengalamannya, Wamentan ingin menanamkan nilai bahwa pendidikan adalah jalan perubahan. Ia berpesan agar para penerima Beasiswa Agri Srikandi serius menekuni pendidikan, beradaptasi dengan budaya baru, dan menjadikan pengalaman tersebut sebagai bekal berharga untuk kembali membangun negeri.
“Tidak semua orang bisa beradaptasi di negeri orang. Tapi kalau kamu serius, kamu akan pulang sebagai pribadi yang tangguh dan cerdas. Kalau dulu saya bisa jadi lulusan terbaik di Jepang, maka sekarang saya ingin kalian juga jadi lulusan terbaik dari program HKTI ini,” ujarnya.
Bersamaan Ketua Umum DPP Perempuan Tani HKTI Dian Novita Susanto mengatakan bahwa Beasiswa Agri Srikandi yang juga dikenal sebagai Beasiswa Agri Srikandi Tani telah berjalan sejak tahun lalu dan kini memasuki batch kedua.
“Tahun lalu kami melepas sekitar lima penerima beasiswa, dan tahun ini jumlahnya meningkat menjadi 23 orang,”kata Dian.
Dian menambahkan bawa para penerima beasiswa tahun ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) seperti Kupang, Atambua, Lombok, Bangka, Batam, Semarang, Yogyakarta, Solo, Bukittinggi, dan Jakarta. Fokus beasiswa tahun ini adalah dua bidang strategis, yaitu environmental engineering dan software technology.
“Kami berharap para adik-adik ini dapat memperkuat pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, serta membuka peluang digitalisasi desa dan inovasi pertanian modern,”tambah Dian.
Dian mengatakan bahwa proses seleksi beasiswa telah dimulai sejak Februari, dengan lebih dari 100 pendaftar dari seluruh Indonesia.
Dari jumlah tersebut, terpilih 23 penerima beasiswa yang akan berangkat ke Tiongkok untuk melanjutkan studi di Nantou College of Science and Technology, China.
Program ini mendapat dukungan penuh berupa full scholarship dari pihak kampus, sementara HKTI membantu seluruh proses pemberangkatan dan pendampingan peserta.
“Ke depan kami berharap penerima beasiswa ini dapat menjadi pemimpin di desanya masing-masing. Fokus kami adalah meningkatkan kapasitas sumber daya manusia pertanian Indonesia,”tutup Dian.