Detikpangan.com – Negara kecil di pesisir barat Afrika, Tanjung Verde, resmi menorehkan sejarah baru setelah memastikan diri tampil di putaran final Piala Dunia 2026.
Capaian ini bukanlah hasil instan, melainkan buah dari program jangka panjang yang telah dijalankan federasi sepak bolanya sejak lebih dari satu dekade lalu.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kepastian itu didapat setelah Tanjung Verde menaklukkan Eswatini 3-0 pada laga terakhir Grup D Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Afrika. Gol kemenangan dicetak Dailon Livramento (48’), Willy Semedo (54’), dan Stopira (90’+1).
Kemenangan tersebut mengukuhkan The Blue Sharks di puncak klasemen dengan 23 poin, unggul dua angka dari Kamerun, sekaligus memastikan tiket otomatis ke Piala Dunia sebagai juara grup.
Keberhasilan ini terasa istimewa karena untuk pertama kalinya Tanjung Verde, negara berpenduduk hanya sekitar 525 ribu jiwa, melaju ke pesta sepak bola terbesar dunia. Mereka menjadi negara dengan populasi terkecil kedua yang mampu menembus Piala Dunia, setelah Islandia pada edisi 2018.
Namun, di balik pencapaian itu, ada strategi matang yang dijalankan federasi sepak bola Tanjung Verde. Sejak lama mereka menyadari potensi besar pemain keturunan atau diaspora, terutama yang bermukim di Eropa. Melalui agen pemain, federasi secara aktif mengidentifikasi, mendata, dan merekrut talenta diaspora untuk memperkuat tim nasional.
“Asosiasi sepak bola merancang strategi baru untuk mengidentifikasi dan merekrut talenta dari diaspora Tanjung Verde yang besar,” ujar agen pemain Tony Araujo, yang telah lebih dari 10 tahun membantu program tersebut, dikutip dari Reuters.
Hasilnya kini terlihat jelas. Skuad Tanjung Verde untuk Piala Dunia 2026 sebagian besar dihuni oleh pemain diaspora yang lahir atau besar di Eropa. Beberapa lahir di Belanda, Portugal, hingga Prancis, di antaranya Jamiro Monteiro, Garry Rodrigues, Willy Semedo, hingga Bruno Varela. Sebagian besar dari mereka juga meniti karier di klub-klub Eropa.
Kisah sukses Tanjung Verde ini bisa menjadi bahan refleksi bagi pecinta sepak bola Indonesia. Program naturalisasi atau perekrutan pemain diaspora memang berpotensi mengangkat prestasi, namun harus dijalankan dengan strategi yang tepat agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari, termasuk risiko sanksi dari FIFA seperti yang pernah menimpa Malaysia.