Detikpangan.com, Jakarta – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) memberikan dukungannya pada arah baru transformasi ekonomi Indonesia. Langkah ini menjadi bagian dari komitmen Perseroan dalam mendukung terwujudnya visi pemerintah meraih Indonesia Emas 2045, khususnya pada agenda transisi energi.

Mengusung tema “Berdikari bersama Danantara: Transformasi Ekonomi Menuju Indonesia Emas 2045”, PGE memandang forum ini sebagai langkah strategis dalam mempertemukan para pemimpin lintas sektor untuk membahas arah baru transformasi ekonomi Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam acara ini hadir sejumlah tokoh penting, termasuk CEO Danantara Indonesia Rosan Roeslani, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, Ketua Umum BPP HIPMI Akbar Himawan Buchari, serta jajaran tokoh lainnya.

Berbicara di forum ini, CEO Danantara Indonesia Rosan Roeslani memprediksi Indonesia akan mampu menjadi salah satu negara terbesar di dunia pada tahun 2045. Ia mengatakan prediksi tersebut sesuai dengan perkiraan Bank Dunia dan berbagai lembaga lainnya. “Yakinlah, kita dapat mencapai hal itu apabila kita mampu berkolaborasi, bersinergi, dan bekerja sama dengan baik,” ujarnya.

Sejalan dengan hal tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyinggung tentang pentingnya upaya memperkuat kedaulatan energi nasional. Untuk mencapai hal tersebut, Ia menilai perlunya usaha dalam menekan ketergantungan terhadap impor.

“Saya menekankan pentingnya hilirisasi yang berkeadilan. Adil bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, pengusaha besar, investor, hingga pelaku UMKM,” katanya dikutip pada Selasa (21/10/2025).

Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Julfi Hadi mengatakan upaya mewujudkan cita-cita nasional tersebut harus diiringi dengan penguatan ketahanan energi sebagai fondasi utama. Menurutnya, dunia saat ini sudah tidak lagi sekadar menghadapi perubahan iklim, melainkan sudah memasuki tahap climate catastrophe. Kondisi ini menuntut seluruh negara, termasuk Indonesia, untuk mempercepat langkah menuju transisi energi.

“Di sinilah panas bumi memainkan peran penting sebagai sumber energi lokal. Sebagai energi yang andal, panas bumi mampu menghasilkan listrik secara stabil sepanjang waktu dan potensinya tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Keunggulan dan kelimpahan ini menjadikan panas bumi aset strategis bagi bangsa,” paparnya.

Julfi juga menjelaskan tidak semua energi hijau itu memiliki kemampuan sebagai baseload layaknya panas bumi. Untuk itu, kata dia, panas bumi menempati posisi strategis sebagai sumber energi terbarukan paling komersial saat ini karena tidak bergantung pada perubahan cuaca dan iklim.

“Panas bumi ini memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak utama transisi energi dan mendorong terwujudnya visi Indonesia Emas 2045,” katanya.

Dalam kesempatan ini, Julfi menjelaskan isu panas bumi bukan hanya soal bisnis, tetapi telah menjadi bagian krusial dari ekosistem energi nasional. Saat ini, pemanfaatan sumber energi panas bumi di Indonesia baru sekitar 12 persen. Artinya, masih ada sekitar 80 persen potensi yang bisa dioptimalkan. Menurut Julfi, peluang besar ini hanya dapat diwujudkan melalui pembangunan ekosistem panas bumi terintegrasi yang dibutuhkan Indonesia.

“PGE memiliki pengalaman lebih dari 40 tahun dalam mengembangkan panas bumi di Indonesia. Kami juga telah mengidentifikasi potensi sebesar 3 gigawatt dari berbagai Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) milik kami. Melalui pengembangan ekosistem panas bumi yang terintegrasi dari hulu ke hilir, kami siap memicu era keemasan panas bumi nasional,” ujar Julfi.

Lebih jauh, Julfi mengatakan PGE saat ini tengah menjajaki peluang bisnis panas bumi di luar kelistrikan (off-grid) melalui strategi beyond electricity. Ia percaya energi panas bumi harus mulai dimanfaatkan untuk sektor industri lain.

“Semangat inilah yang mendorong kami mengembangkan solusi off-grid panas bumi. Sejalan dengan komitmen tersebut, PGE sedang menyiapkan ekosistem green hydrogen yang komprehensif. Pertamina menjadi satu-satunya di Indonesia yang memiliki rantai proses lengkap, mulai dari panas bumi, elektrolisis, infrastruktur midstream, hingga offtaker,” jelasnya.

Sebagai pionir pengembangan energi panas bumi di Indonesia, PGE saat ini mengelola kapasitas terpasang sebesar 727 megawatt (MW) dari enam wilayah operasi. PGE juga tengah mengembangkan sejumlah proyek strategis seperti PLTP Hululais Unit 1 & 2 (110 MW), serta beberapa proyek co-generation dengan total kapasitas 230 MW. (*)