Detikpangan.com, Jakarta — Suara hujan kerap dianggap sebagai irama alam yang menenangkan. Gemericik air yang konsisten ini mampu menciptakan suasana damai, bahkan membuat sebagian orang merasa lebih mudah tertidur. Fenomena ini bukan kebetulan semata. Ada penjelasan ilmiah yang mendasarinya.
Suara hujan dikategorikan sebagai white noise, suara latar dengan frekuensi stabil yang mampu menutupi kebisingan mendadak dari lingkungan sekitar.
White noise seperti ini memberikan efek perlindungan terhadap otak dari suara yang mengejutkan atau mengganggu, sehingga otak bisa tetap tenang dan tidak siaga terus-menerus.
Paparan suara hujan yang lembut dapat menurunkan aktivitas saraf simpatik (yang berperan dalam respons stres), dan secara bersamaan meningkatkan aktivitas parasimpatik (yang menenangkan tubuh). Efeknya, tubuh menjadi lebih rileks, pernapasan melambat, dan rasa kantuk mulai muncul.
Suara hujan juga kerap memicu perasaan nostalgia. Bagi banyak orang, rintik hujan mengingatkan pada suasana tenang di rumah, tidur siang saat libur, atau momen hangat bersama keluarga. Hal ini menciptakan rasa aman dan nyaman yang memperkuat efek relaksasinya.
Dalam jurnal Frontiers in Psychology, disebutkan bahwa suara yang berulang dan teratur seperti hujan membantu otak untuk masuk ke gelombang alfa, kondisi otak yang berkaitan dengan relaksasi ringan dan meditasi. Tidak heran jika suara hujan kini banyak digunakan dalam terapi tidur dan aplikasi mindfulness.
Meski banyak orang merasa nyaman, tidak sedikit pula yang mengaitkan hujan dengan perasaan sedih atau trauma masa lalu. Respons setiap individu terhadap suara hujan bisa berbeda, tergantung pengalaman personal dan kondisi emosional.
Hujan bukan hanya peristiwa cuaca biasa. Irama yang dihasilkan dari tetesannya terbukti memiliki dampak positif bagi sistem saraf dan emosi manusia.
Dengan memahami efeknya secara ilmiah, suara hujan kini tak hanya dapat dinikmati sebagai bagian dari alam, tetapi juga dimanfaatkan sebagai alat bantu relaksasi yang alami dan mudah diakses. (*)

