Oleh Akbar Endra (pernah menjadi wakil rakyat)
Detikpangan.com – Tahun 1995, ketika Indonesia memperingati 50 tahun kemerdekaan, bangsa ini menyalakan mimpi besar. Visi menjadi negara maju dengan teknologi tinggi mulai dirintis. Saat itu, Menristek BJ Habibie mengguncang dunia: pesawat buatan anak bangsa CN-235 berhasil diterbangkan, kereta cepat Agro Bromo dilepas, hingga teknologi pertanian dikembangkan demi mencapai swasembada pangan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Indonesia mulai percaya diri. Kita berdiri di atas kaki sendiri, menunjukkan pada dunia bahwa anak bangsa mampu.
Namun, perjalanan itu tidak pernah mudah. Di balik cita-cita besar, berdiri tembok kokoh bernama mafia dan kartel impor. Mereka terlalu lama nyaman menguasai rantai pangan negeri ini. Mereka ingin Indonesia tetap menjadi konsumen, bukan produsen. Bahkan lebih ironis, beberapa komoditas kita jual sebagai bahan mentah, lalu kita beli kembali dalam bentuk produk jadi—sebuah lingkaran setan yang merendahkan martabat bangsa.
Momentum Melawan Kartel dan Menegakkan Kedaulatan
Di titik inilah upaya Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto menemukan maknanya. Langkah berani memberantas mafia pangan dan menyetop bisnis kartel impor adalah pertempuran penting untuk masa depan bangsa.
Kebijakan teknis ini, bukan soal angka produksi semata, melainkan harus didukung karena ini menjadi titik berangkat berjuang melawan belenggu lama yang menahan Indonesia untuk maju. Inilah momentum membalikkan sejarah: menjadikan negeri ini benar-benar berdaulat atas pangan, teknologi, dan masa depannya.
Pertanyaannya kini sederhana namun mendasar: apakah kita rela terus dijadikan pasar oleh segelintir kartel, ataukah kita siap menegakkan kedaulatan pangan, menghidupkan kembali mimpi besar yang pernah dinyalakan di HUT Emas Indonesia tahun 1995, dan membuktikan bahwa Indonesia mampu berdiri tegak sebagai bangsa produsen?
Jawabannya bergantung pada satu hal: rasa nasionalisme dan cinta kita terhadap NKRI. Karena itu, mari kita sepakat: bangkit bersama!